Dan yang terakhirnya.. kutinggalkan jauh segala angan yang tak mungkin tercapai. Langkah kaki makin laju menuju destinasi yang entah dimana. Kata orang hidup ini satu perjalanan, bukan satu destinasi. Lantas perlukah aku terus berjalan tanpa henti? Berjalan, berlari dan terus..? Apa lagi?
Buntu aku dengan hidup. Sungguh! Aku bagai hilang arah. Bagai hilang punca. Bagai anak kucing hilang ibu. Tergagau dalam sepi tak bertepi. Sepi yang tiada penghujung. Dalam tawa aku menangis sendirian. Dalam senyum aku tenggelam dalam kesunyian.
Kadang aku ingin menangis. Tapi untuk apa? Terlalu banyak kepedihan hingga aku tak tahu luka mana yang paling berbisa. Dan aku tak tahu dipenjuru mana hatiku yang paling terluka. Yang mana harus aku tangiskan dahulu agar luka-luka yang lain dapat merasai kesedihan yang saksama.
Luka semalam belum lagi bercantum, hari ini aku menambah luka di dalam dada. Sedih yang makin sarat. Mata yang kian memberat. Biar! Biarkan luka itu terus berdarah. Biar! Biar sakit di hatiku makin parah!
Buntu aku dengan hidup. Sungguh! Aku bagai hilang arah. Bagai hilang punca. Bagai anak kucing hilang ibu. Tergagau dalam sepi tak bertepi. Sepi yang tiada penghujung. Dalam tawa aku menangis sendirian. Dalam senyum aku tenggelam dalam kesunyian.
Kadang aku ingin menangis. Tapi untuk apa? Terlalu banyak kepedihan hingga aku tak tahu luka mana yang paling berbisa. Dan aku tak tahu dipenjuru mana hatiku yang paling terluka. Yang mana harus aku tangiskan dahulu agar luka-luka yang lain dapat merasai kesedihan yang saksama.
Luka semalam belum lagi bercantum, hari ini aku menambah luka di dalam dada. Sedih yang makin sarat. Mata yang kian memberat. Biar! Biarkan luka itu terus berdarah. Biar! Biar sakit di hatiku makin parah!
No comments:
Post a Comment